Batik Klasik

SEMUA MOTIF YANG DITULIS DI HALAMAN INI MERUPAKAN
KOLEKSI "BATIK SANTOSO"


"MOJANG PRIANGAN"
Ciri dari batik Mojang Priangan adalah adanya gambar Merak pada motifnya
dan memiliki latar belakang berwarna putih.
Konon batik dari daerah Sunda ini dibuat oleh mojang-mojang geulis (cantik) dari tanah Priangan
yang menggambarkan kecantikan wanita-wanita Sunda.




"KAWUNG"
Motif Kawung berpola bulatan seperti buah Kawung (Kolang-Kaling).
Maknanya agar setiap manusia selalu ingat dari mana dia berasal.
Jaman dahulu, motif ini hanya digunakan oleh kalangan kerajaan.
Pejabat kerajaan yang mengenakan batik ini mencerminkan pribadinya sebagai seorang pemimpin
yang mampu mengendalikan hawa nafsunya serta menjaga hati nurani agar adanya keseimbangan
dalam perilaku manusia.




"SIDO LUHUR"
Motif ini berasal dari keraton Surakarta, mengandung makna keluhuran dan harapan untuk mencapai kedudukan yang tinggi, dan dapat menjadi panutan masyarakat.
Biasanya dikenakan mempelai wanita saat malam pengantin.
Bagi orang Jawa, hidup memang untuk mencari keluhuran materi dan non materi.
Keluhuran materi artinya bisa tercukupi segala kebutuhan ragawi
dengan bekerja keras sesuai dengan jabatan, derajat, maupun profesinya.
Sementara keluhuran budi, ucapan, dan tindakan adalah bentuk keluhuran non materi.
Orang Jawa sangat berharap hidupnya kelak dapat mencapai hidup yang penuh dengan nilai keluhuran.
 



"PARANG KUSUMO"
Batik Parang Kusumo berasal dari kata 'kusumo' yang berarti kembang atau bunga.
Batik ini biasanya digunakan untuk acara pernikahan di kalangan keturunan kerajaan.
Maknanya adalah bagi orang Jawa hidup di masyarakat yang paling dicari adalah keharuman pribadi
tanpa meninggalkan nilai2 sopan santun agar terhindar dari bencana lahir dan batin.
Nama yang harum itu hendaklah diperoleh dengan cara bertingkah laku dan berkepribadian yang baik.




"UDAN LIRIS"
Motif ini mengandung makna sebagai manusia kita harus bisa menjalani hidup prihatin.
Ibarat hujan dan panas, tidak boleh mudah mengeluh.
Segala halangan dan rintangan itu harus bisa dihadapi dan diselesaikan bersama-sama.
Bagi yang berumah tangga, suami atau istri merupakan bagian hidup di dalam rumah tangga.
Jika salah satu menghadapi masalah, maka pasangannya harus ikut membantu menyelesaikan.




"SEKAR JAGAD"
Kata "kar" berasal dari bahasa Belanda yang artinya peta,
sedangkan "jagad" dalam bahasa Jawa berarti dunia.
Inti dari kedua makna yang disampaikan adalah keberagaman di Indonesia maupun di seluruh dunia.
Motif ini juga menggambarkan kecantikan dan keindahan sehingga memesona bagi siapapun.




"GURDO"
Motif Gurdo berasal dari kata Garuda. Dalam masyarakat Jawa, Garuda adalah lambang kejantanan.
Garuda adalah tunggangan Batara Wisnu (Dewa Matahari).
Oleh karena itu Garuda dianggap sebagai simbol kehidupan dan kegagahan.



Tersedia dalam berbagai jenis cara pembuataan (Tulis, Cap, dan Print)